Hero Jurnal Media,-
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menilai bahwa kebersamaan yang ditunjukkan Presiden RI Prabowo Subianto dengan para mantan presiden bukan sekadar seremonial belaka. Hal ini mencerminkan upaya untuk mengesampingkan perbedaan politik demi kepentingan yang lebih besar, yakni membangun bangsa secara bersama-sama.
Dalam beberapa kesempatan, Prabowo tampak berdampingan dengan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) serta Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dalam acara penting nasional. Langkah ini dinilai sebagai simbol persatuan dan upaya menegaskan bahwa dinamika politik tidak seharusnya menjadi penghalang bagi kerja sama dalam memajukan Indonesia.
Kehadiran para mantan presiden dalam acara bersama Prabowo juga mencerminkan penghormatan terhadap kontribusi mereka dalam perjalanan bangsa. Adi menyebut bahwa Prabowo ingin menunjukkan sikap kenegarawanan dengan menjaga hubungan baik dengan para pemimpin terdahulu.
Tak hanya itu, keakraban Prabowo dengan SBY dan Jokowi juga diartikan sebagai langkah untuk mengakomodasi berbagai pandangan serta pengalaman dari para pemimpin sebelumnya guna merancang kebijakan yang lebih baik. Sementara itu, meskipun Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dikabarkan turut diundang dalam acara serupa, kehadirannya belum terlihat.
Dalam sepekan terakhir, momen kebersamaan Prabowo dengan SBY dan Jokowi tampak jelas, seperti saat peresmian Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) pada 24 Februari 2025, di mana ketiganya hadir bersama di panggung utama. Beberapa hari setelahnya, mereka kembali tampil bersama dalam retret kepala daerah di Magelang, Jawa Tengah, pada 27 Februari 2025.
Langkah ini memperkuat sinyal bahwa Prabowo ingin menampilkan kepemimpinan yang inklusif dan merangkul berbagai elemen bangsa. Terlepas dari perbedaan politik di masa lalu, persatuan tetap menjadi kunci utama dalam membangun Indonesia yang lebih maju.
Kehadiran para mantan presiden dalam berbagai agenda nasional yang diinisiasi Prabowo juga dapat dilihat sebagai upaya membangun kesinambungan kepemimpinan. Setiap pemimpin memiliki pengalaman serta kebijakan yang telah diterapkan selama masa jabatannya. Dengan merangkul mereka, Prabowo menunjukkan bahwa pembangunan bangsa tidak hanya bergantung pada satu periode pemerintahan, melainkan hasil dari perjalanan panjang yang melibatkan banyak pemimpin.
Selain itu, pendekatan ini dapat meredakan polarisasi politik yang kerap terjadi di masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, perbedaan politik sering kali memicu ketegangan, baik di ranah elite maupun di kalangan pendukung masing-masing kubu. Melalui momen kebersamaan ini, pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa para pemimpin dapat bersatu demi kepentingan yang lebih besar, sehingga diharapkan masyarakat juga bisa mengikuti jejak tersebut.
Keakraban Prabowo dengan para mantan presiden juga mencerminkan strategi politik yang lebih luas. Dengan menggandeng SBY dan Jokowi, Prabowo memperkuat basis dukungan dari berbagai kalangan, termasuk simpatisan kedua mantan presiden tersebut. Ini bisa menjadi langkah strategis untuk memastikan stabilitas politik dan memperkuat legitimasi kepemimpinannya di mata publik.
Ke depan, tantangan besar yang dihadapi Indonesia membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Melibatkan mantan presiden bukan hanya soal simbolis, tetapi juga tentang bagaimana pemimpin saat ini dapat belajar dari keberhasilan dan tantangan pemerintahan sebelumnya. Jika tradisi ini terus berlanjut, maka estafet kepemimpinan di Indonesia akan semakin kuat, dengan semangat kebersamaan yang menjadi pondasi utama.