![]() |
🌾 Ketika dunia menghadapi ketidakpastian iklim, konflik geopolitik, dan krisis pangan global, para miliarder dunia memilih untuk tidak hanya bertahan—mereka kembali ke akar. Akar yang dimaksud bukan metafora spiritual, melainkan harfiah: tanah, ladang, peternakan, dan kebun. Di balik hingar-bingar startup teknologi dan kripto, kini ladang pertanian dan peternakan menjadi magnet baru bagi para taipan kelas dunia
Jakarta, Hero Jurnal Media,- Tren terbaru di kalangan miliarder dunia menunjukkan pergeseran signifikan dari dunia teknologi dan finansial ke sektor yang selama ini dianggap tradisional: agribisnis. Mereka tak lagi hanya bicara AI dan metaverse, tapi juga tentang irigasi tetes, pupuk organik, hingga peran mikroba tanah.
Nama-nama besar seperti Jack Ma (Alibaba), Mark Zuckerberg (Meta), Warren Buffet, Bill Gates (Microsoft), hingga Jeff Bezos (Amazon) kini tercatat aktif berinvestasi di sektor pertanian, peternakan, dan perkebunan. Tujuannya bukan hanya diversifikasi aset, tapi juga memastikan ketahanan pangan global dan stabilitas investasi jangka panjang.
Jack Ma: Teknologi Bertemu Tanah
Setelah sempat menghilang dari sorotan publik, Jack Ma kini muncul dengan gebrakan baru: teknologi pertanian. Ia berinvestasi di 1.8 Meters Marine Technology (Zhejiang), sebuah startup di Hangzhou, China, yang bergerak di sektor pertanian dan perikanan. Modal awalnya? Tak tanggung-tanggung—setara Rp232 miliar.

Tak hanya itu, pada tahun 2022, Jack Ma juga melakukan studi ke Belanda, mengunjungi Wageningen University & Research (WUR) — salah satu pusat riset pertanian terbaik dunia. Ini menunjukkan komitmennya dalam memahami dan mengadopsi pertanian berkelanjutan.
Zuckerberg: Dari Meta ke Metode Organik
Mark Zuckerberg, sang arsitek dunia virtual, justru membenamkan sebagian investasinya dalam realita paling mendasar: tanah. Bersama sang istri, Priscilla Chan, ia mengelola lebih dari 1.500 hektar lahan pertanian yang digunakan untuk peternakan, pembibitan, serta pertanian jahe dan kunyit organik.
Dengan pendekatan berbasis teknologi, mereka menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan, mengintegrasikan data cuaca, sensor tanah, dan analisis pertumbuhan tanaman — menjadikan pertanian mereka sebagai model masa depan.
Mengapa Agribisnis Jadi Magnet Baru?
Langkah para konglomerat ini bukan kebetulan. Dunia tengah menghadapi tantangan besar: perubahan iklim, konflik pasokan pangan, dan tekanan populasi global. Di saat sektor lain goyah, agribisnis justru menawarkan ketahanan, dampak sosial nyata, dan stabilitas jangka panjang.
Teknologi modern seperti pertanian presisi, automasi, drone pemantau lahan, hingga AI cuaca telah membuat industri ini lebih efisien dan menguntungkan. Maka tak heran, sektor ini kini dilirik sebagai tambang emas baru — tapi yang tumbuh dari tanah.
Inspirasi untuk Dunia Usaha Lokal
Fenomena ini juga bisa menjadi sinyal bagi para pengusaha lokal: jangan remehkan tanah. Dengan pendekatan yang tepat, kolaborasi dengan teknologi, dan dukungan pasar yang terus berkembang, agribisnis adalah masa depan. Tak harus menjadi miliarder dulu untuk mulai bertani — cukup dengan visi dan langkah nyata.
#AgribisnisGlobal #MiliarderBertani #TechToFarm
#InvestasiHijau #FutureOfFarming #PertanianBerkelanjutan #ZuckerbergFarm #JackMaAgritech #PetaniMasaDepan #DariSiliconKeSawah